Tinta Merah di Ujung
Bola Voli
Kuawali hari pertama sekolahku
dengan mengikuti ekstrakulikuler bola voli dengan senyuman lebar, semua tampak antusias saat pak Rendra pelatih
ekskul voli mulai memimpin pemanasan, aku mengikutinya dengan semangat 45. Setelah
melakukan pemanasan aku melakukan passing bawah, saat aku asik m elakukan
service, kurasakan tangan lembut menepuk bahuku.
“Hai kenalin namaku Keyli, kamu anak
kelas 1 ya? Met latihan ya, semangat!” sapanya
“Rara, makasih ya kak udah
memberikanku motivasi, kakak main voli sama aku ya?” ajakku
“Oke deh dengan senang
hati.”jawabnya
Aku dan Keyli
bermain voli dengan senang hati, saat sedang serunya melakukan smashing,
tiba-tiba keyli berhenti, aku menghampirinya, kulihat keyli mulai kelelahan dan
kamipun beristirahat sejenak.
“Kak kita foto bareng yuk!” ajakku
Kamipun
bernarsis ria, saat sedang seru-serunya narsis tiba-tiba teman keyli
memanggilnya, tanpa kusadari keyli dan temannya menghilang, aku bertanya pada
Riri yang melakukan passing atas.
“Kak Riri tau g kak Keyli kemana?”
tanyaku
“Keyli siapa? Disini gak ada yang
namanya Keyli.”jawab kak Riri
“Loh kok gak ada, ini lo yang
namanya Keyli. Aku tadi main voli dan foto bareng sama dia.” Jawabku
“Ha? Yang bener kamu?” tanyanya
“Bener kak, tapi waktu dia dipanggil
temennya, eh dia malah ngilang.” Pintaku
“Tapi dek Rara, kak Keyli dulu itu
seniorku dan sudah satu tahun yang lalu dia meninggal. Jadi mana mungkin dia
bersamamu tadi.” Ujarnya
“Hah? Tapi wajahnya sama persis
seperti yang di foto ini kan?” tanyaku
“Iya persis banget, aku heran kenapa
dia bisa bersamamu. Sini biar aku tanya sama pak Rendra.” Ucapnya
Kupandang rona wajah pak Rendra
menjadi pucat saat kak Riri menunjukkan fotoku bersama kak Keyli, tak lama
kemudian pak Rendra datang menemuiku, dia memegang bahuku dan mengelus
rambutku.
“Kamu baik-baik saja kan nak? Untuk
sementara ini bapak yang akan membawa fotonya. Bapak minta kamu jangan mencari
Keyli lagi ya nak.” ucapnya bijaksana
“Iya pak.” Tanggapku
Seusai latihan voli, aku pulang
dengan sejuta tanya dibenakku, tentang kejadian misterius yang kualami sore
tadi. Sebelum pulang ke rumah aku mampir dulu ke rumah pamanku, paman Fatir
yang seorang ulama, kuceritakan semua pengalaman misterius yang kualami sore
tadi,
“Nak Rara paman sarankan kamu banyak
sholat dan berdzikir agar Allah melindungimu, dan berhati-hatilah mungkin ada
hikmah dibalik ini semua. Paman terus mendo’akan keselamatanmu Rara.” Pinta
pamanku
Aku melangkah ke
rumahku dengan perasaan lebih tenang, namun keesokan harinya seusai aku
melaksanakan sholat subuh, telefon rumahku berdering nyaring, segera kuangkat
gagang telefonnya,
“Hallo ini dengan siapa?” tanyaku
“Ini aku Keyli kamu Rara kan?Ra
nanti kita ketuan di lapangan voli ya.” ajaknya
Kurasakan
syarafku tegang, bulu kudukku berdiri segera kututup gagang telefon rumahku.
Aku berlari
menghampiri papa dan mama yang sedang menonton acara TV Mama dan Aa’, melihatku
ketakutan papa dan mama menjadi heran, kuceritakan soal Keyli ke papa dan mama.
“Bagaimana kalau besok kita adakan
pengajian supaya kita dijauhkan dari gangguan setan dan mendapat perlindungan
dari Allah swt. Kamu setuju Ra?”tanya papa
“Iya Rara setuju ma’.jawabku
Setelah sampai
di koridor kelas, kutemui sahabat karibku Lili yang sedang duduk termenung
disana.
“Heh nglamun aja Li! Sedang apa
sich? Cerita donk!” godaku
“Eh kamu Ra, ngagetin aku aja,
Enggak aku lagi ngeliatin anak-anak main voli.”jawab Lili
“Oh kirain nglamunin Ega.”godaku
lagi
“Ah kamu Ra bisa aja.”ucap Lili malu
Tiba-tiba bola
voli yang sedang dimainkan terlempar ke koridor dan jatuh tepat di depanku dan
lili yang sedang duduk. Kuambil bola
voli itu. Kutersentak saat kubaca
tulisan bertinta merah yang ada pada bola voli itu.
"Aku butuh temanmu untuk menyadarkan Firgi
mantan pacarku yang telah membuatku hamil, mencampakkan aku dan janinku begitu
saja. Biar dia merasakan perihku saat menjadi orang yang dibuang seperti
sampah."
Seketika itu juga tulisan itu
menghilang, teriakan anak ekskul voli pagi membuyarkan keterkejutanku, segera
kulempar bola voli itu kearah lapangan.
Tak lama kemudian Lili menatapku tajam, suaranya membesar dan tubuhnya
kejang-kejang seperti orang kesurupan, sejurus kemudian Lili menyeretku pergi,
aku beteriak meminta bantuan. Saat kami
melewati koridor kelas XI IPA I, pak Reza guru agamaku melihatku yang
meronta-ronta diseret oleh Lili, beliau datang disaat yang tepat, kami dicegah
oleh pak Reza, namun Lili berusaha menghajar dan menabrak tubuh pak Reza.
Seolah memahami tubuh Lili yang sedang kesurupan pak Reza langsung menolong
Lili, seraya membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, kudengar suara tertawa keluar dari
mulut Lili,
“Ha..ha..ha..
aku ingin membunuh Firgi yang telah menghamiliku dan membuat aku harus bunuh
diri karena dia tak mau bertanggung jawab atas janin yang aku kandung, tolong
pertemukan aku dengan dia!” ucapnya menggelegar.
“Baik akan kupertemukan kamu dengan
Firgi tapi sesudah kamu bertemu dengannya kamu harus keluar dari tubuh gadis
ini dan tidak akan pernah mengganggu kami!” ucap pak Reza
“Baik aku tidak akan mengganggu
kalian lagi.” Jawabnya
Lalu pak Reza mengantarnya ke kelas
XI IPS V, disana kulihat seorang cowok sedang asik berpacaran dan Lili pun tak
terkendali langsung menghampiri dan memukul cowok itu.
“Kurang
ajar!Laki-laki biadab, tidak bermoral. Sudah menghamiliku tapi masih saja
bermain dengan wanita lain.”bentak roh Keyli yang bersemayam di tubuh Lili
Melihat aksi nekat Lili yang
semakin brutal. Pak Reza menghalangi Lili yang akan memukul Firgi dengan kursi, pak Reza tidak
ingin ada nyawa yang terenggut. Pak Reza
mencoba menenangkan Lili dan arwah Keyli yang sedang merasukinya.
“Keyli!
Percuma kamu bunuh Firgi, semua telah terjadi, biarlah Allah yang menghukumnya
atas semua dosa yang pernah ia lakukan padamu. Apa kamu mau menumpuk-numpuk
dosa dengan membunuhnya? Apa kamu tidak takut berhadapan dengan Allah di
akhirat nanti?”nasehat pak Reza
“Kau
benar pak Reza, tapi keluarkan Firghi dan sekolah ini dan hukum dia!”perintah
Keyli
“Baik
kami akan keluarkan Firgi dari sekolah ini, tapi biar Allah yang
menghukumnya.”jawab pak Reza
Pak Reza langsung membaca ayat suci
Al-Qur’an dan berhasil mengeluarkan arwah Keyli
dari tubuh Lili. Firgi bersimpuh di lantai, dan menyadari perbuatannya.
“Pak
Reza aku mengaku salah dan aku ingin bertaubat.”uncap Firgi
“Iya
Alhamdulillah, kamu sudah sadar sekarang, kamu tidak bisa melanjutkan sekolah
disini lagi karena kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Biar nanti bapak
yang akan bicara pada orangtuamu untuk mengirimmu ke Pondok Pesantren.”saran
Pak Reza
“Baik
pak.”jawab Firgi
Sekarang
aku mengerti, begitu penting sekali fondasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
swt agar kita senantiasa terhindar dari dosa besar dan perbuatan keji. Dan
kalau kita bertindak kita harus mau bertanggungjawab.