undefined
undefined


0 komentar
Tinta Merah di Ujung Bola Voli


            Kuawali hari pertama sekolahku dengan mengikuti ekstrakulikuler bola voli dengan senyuman lebar, semua tampak antusias saat pak Rendra pelatih ekskul voli mulai memimpin pemanasan, aku mengikutinya dengan semangat 45. Setelah melakukan pemanasan aku melakukan passing bawah, saat aku asik m elakukan service, kurasakan tangan lembut menepuk bahuku.
            “Hai kenalin namaku Keyli, kamu anak kelas 1 ya? Met latihan ya, semangat!” sapanya
            “Rara, makasih ya kak udah memberikanku motivasi, kakak main voli sama aku ya?” ajakku
            “Oke deh dengan senang hati.”jawabnya
Aku dan Keyli bermain voli dengan senang hati, saat sedang serunya melakukan smashing, tiba-tiba keyli berhenti, aku menghampirinya, kulihat keyli mulai kelelahan dan kamipun beristirahat sejenak.
            “Kak kita foto bareng yuk!” ajakku
Kamipun bernarsis ria, saat sedang seru-serunya narsis tiba-tiba teman keyli memanggilnya, tanpa kusadari keyli dan temannya menghilang, aku bertanya pada Riri yang melakukan passing atas.
            “Kak Riri tau g kak Keyli kemana?” tanyaku
            “Keyli siapa? Disini gak ada yang namanya Keyli.”jawab kak Riri
            “Loh kok gak ada, ini lo yang namanya Keyli. Aku tadi main voli dan foto bareng sama dia.” Jawabku
            “Ha? Yang bener kamu?” tanyanya
            “Bener kak, tapi waktu dia dipanggil temennya, eh dia malah ngilang.” Pintaku
            “Tapi dek Rara, kak Keyli dulu itu seniorku dan sudah satu tahun yang lalu dia meninggal. Jadi mana mungkin dia bersamamu tadi.” Ujarnya
            “Hah? Tapi wajahnya sama persis seperti yang di foto ini kan?” tanyaku
            “Iya persis banget, aku heran kenapa dia bisa bersamamu. Sini biar aku tanya sama pak Rendra.” Ucapnya
            Kupandang rona wajah pak Rendra menjadi pucat saat kak Riri menunjukkan fotoku bersama kak Keyli, tak lama kemudian pak Rendra datang menemuiku, dia memegang bahuku dan mengelus rambutku.
            “Kamu baik-baik saja kan nak? Untuk sementara ini bapak yang akan membawa fotonya. Bapak minta kamu jangan mencari Keyli lagi ya nak.” ucapnya bijaksana
            “Iya pak.” Tanggapku
            Seusai latihan voli, aku pulang dengan sejuta tanya dibenakku, tentang kejadian misterius yang kualami sore tadi. Sebelum pulang ke rumah aku mampir dulu ke rumah pamanku, paman Fatir yang seorang ulama, kuceritakan semua pengalaman misterius yang kualami sore tadi,
            “Nak Rara paman sarankan kamu banyak sholat dan berdzikir agar Allah melindungimu, dan berhati-hatilah mungkin ada hikmah dibalik ini semua. Paman terus mendo’akan keselamatanmu Rara.” Pinta pamanku
Aku melangkah ke rumahku dengan perasaan lebih tenang, namun keesokan harinya seusai aku melaksanakan sholat subuh, telefon rumahku berdering nyaring, segera kuangkat gagang telefonnya,
            “Hallo ini dengan siapa?” tanyaku
            “Ini aku Keyli kamu Rara kan?Ra nanti kita ketuan di lapangan voli ya.” ajaknya
Kurasakan syarafku tegang, bulu kudukku berdiri segera kututup gagang telefon rumahku.
Aku berlari menghampiri papa dan mama yang sedang menonton acara TV Mama dan Aa’, melihatku ketakutan papa dan mama menjadi heran, kuceritakan soal Keyli ke papa dan mama.
            “Bagaimana kalau besok kita adakan pengajian supaya kita dijauhkan dari gangguan setan dan mendapat perlindungan dari Allah swt. Kamu setuju Ra?”tanya papa
            “Iya Rara setuju ma’.jawabku
Setelah sampai di koridor kelas, kutemui sahabat karibku Lili yang sedang duduk termenung disana.
            “Heh nglamun aja Li! Sedang apa sich? Cerita donk!” godaku
            “Eh kamu Ra, ngagetin aku aja, Enggak aku lagi ngeliatin anak-anak main voli.”jawab Lili
            “Oh kirain nglamunin Ega.”godaku lagi
            “Ah kamu Ra bisa aja.”ucap Lili malu
Tiba-tiba bola voli yang sedang dimainkan terlempar ke koridor dan jatuh tepat di depanku dan lili yang sedang duduk.  Kuambil bola voli itu.  Kutersentak saat kubaca tulisan bertinta merah yang ada pada bola voli itu.

"Aku butuh temanmu untuk menyadarkan Firgi mantan pacarku yang telah membuatku hamil, mencampakkan aku dan janinku begitu saja. Biar dia merasakan perihku saat menjadi orang yang dibuang seperti sampah."

            Seketika itu juga tulisan itu menghilang, teriakan anak ekskul voli pagi membuyarkan keterkejutanku, segera kulempar bola voli itu  kearah lapangan. Tak lama kemudian Lili menatapku tajam, suaranya membesar dan tubuhnya kejang-kejang seperti orang kesurupan, sejurus kemudian Lili menyeretku pergi, aku beteriak meminta bantuan.  Saat kami melewati koridor kelas XI IPA I, pak Reza guru agamaku melihatku yang meronta-ronta diseret oleh Lili, beliau datang disaat yang tepat, kami dicegah oleh pak Reza, namun Lili berusaha menghajar dan menabrak tubuh pak Reza. Seolah memahami tubuh Lili yang sedang kesurupan pak Reza langsung menolong Lili, seraya membacakan ayat-ayat Al-Qur’an, kudengar suara tertawa keluar dari mulut Lili,
“Ha..ha..ha.. aku ingin membunuh Firgi yang telah menghamiliku dan membuat aku harus bunuh diri karena dia tak mau bertanggung jawab atas janin yang aku kandung, tolong pertemukan aku dengan dia!” ucapnya menggelegar.
            “Baik akan kupertemukan kamu dengan Firgi tapi sesudah kamu bertemu dengannya kamu harus keluar dari tubuh gadis ini dan tidak akan pernah mengganggu kami!” ucap pak Reza
            “Baik aku tidak akan mengganggu kalian lagi.” Jawabnya
Lalu pak Reza mengantarnya ke kelas XI IPS V, disana kulihat seorang cowok sedang asik berpacaran dan Lili pun tak terkendali langsung menghampiri dan memukul cowok itu.
            “Kurang ajar!Laki-laki biadab, tidak bermoral. Sudah menghamiliku tapi masih saja bermain dengan wanita lain.”bentak roh Keyli yang bersemayam di tubuh Lili
Melihat aksi nekat Lili yang semakin brutal. Pak Reza menghalangi Lili yang akan  memukul Firgi dengan kursi, pak Reza tidak ingin ada nyawa yang terenggut. Pak Reza  mencoba menenangkan Lili dan arwah Keyli yang sedang merasukinya.
            “Keyli! Percuma kamu bunuh Firgi, semua telah terjadi, biarlah Allah yang menghukumnya atas semua dosa yang pernah ia lakukan padamu. Apa kamu mau menumpuk-numpuk dosa dengan membunuhnya? Apa kamu tidak takut berhadapan dengan Allah di akhirat nanti?”nasehat pak Reza
            “Kau benar pak Reza, tapi keluarkan Firghi dan sekolah ini dan hukum dia!”perintah Keyli
            “Baik kami akan keluarkan Firgi dari sekolah ini, tapi biar Allah yang menghukumnya.”jawab pak Reza
Pak Reza langsung membaca ayat suci Al-Qur’an dan berhasil mengeluarkan arwah Keyli  dari tubuh Lili. Firgi bersimpuh di lantai, dan menyadari perbuatannya.
            “Pak Reza aku mengaku salah dan aku ingin bertaubat.”uncap Firgi
            “Iya Alhamdulillah, kamu sudah sadar sekarang, kamu tidak bisa melanjutkan sekolah disini lagi karena kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Biar nanti bapak yang akan bicara pada orangtuamu untuk mengirimmu ke Pondok Pesantren.”saran Pak Reza
            “Baik pak.”jawab Firgi
            Sekarang aku mengerti, begitu penting sekali fondasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt agar kita senantiasa terhindar dari dosa besar dan perbuatan keji. Dan kalau kita bertindak kita harus mau bertanggungjawab.


0 komentar:

Posting Komentar

newer post older post