Seulas Senyum mutiara
Aku semakin tidak bisa tidur menjelang pembagian rapor semester 1 ,mendadak aku terserang penyakit insomnia ,semenjak SMA papa sering menghandle produksi perusahaan susu segarnya di jerman, kini otomatis mama yang menggantikan papa saat mengambil raporku nanti. Bayang-bayang cemoohan teman-teman sekolahku menguasai benakku. Saat mereka mengerti ternyata mamaku seorang tuna wicara. Seandainya aku bisa menulis takdir indahku,pasti akan kutulis kesempurnaan fisik mamaku namun ,aku bukan Allah yang bisa menulis takdirku ,kuhembuskan nafasku yang semakin berat. Keesokkan paginya seperti biasa ,aku ,kak Velis ,mama dan papa sarapan pagi bersama di meja makan,saat aku asyik menyantap sandwich kesukaanku ,mama berbicara menggunakan isyarat tangannya kearahku . Aku mengerti apa yang ia katakan.
“Andra sebentar lagi kamu akan menerima rapor.Mama sudah tidak sabar untuk mengambilnya di sekolahmu nanti.”isyaratnya bahagia
“Aku sudah selesai makan ,aku berangkat dulu.’ucapku tanpa berpamitan seraya mengebrak meja makan dan pergi meninggalkan mama yang masih kebingungan hatiku kian tak terarah ,kuputuskan pagi ini aku naik kopaja yang panas dan sesak. Ubun-ubun kian memanas . Ingin rasanya aku berteriak kepada Allah tentang ketidakadilan hidupku,tentang mamaku yang selalu membisu. Di sekolah aku tidak bisa konsentrasi dengan setiap mata pelajaran yang diberikan guruku. Kusandarkan pantatku yang panas di atas sofa empuk kamarku. Kulihat Kak Velis berada di depanku dengan tatapan tajam .
“Kakak ingin bicara empat mata denganmu .”ucap kakakku tegas
“Iya masuk Kak.”ajakku
Kita berdua duduk di sofa dan saling berpandangan . Kakak menghembuskan nafas panjang saat memulai berbicara denganku
“Kenapa tadi pagi ,kamu menunjukkan rasa tidak suka terhadap mama?apa salah mama?”tanyanya
“Aku tidak ingin mama mengambil raportku .Aku ingin mengambil raportku sendiri Kak.”jawabku
“Kenapa mama tidak boleh mengambil raportmu?’’tanya Kak Velis lagi
“Aku malu kalau teman-temanku nanti tahu kalau mamaku ternyata bisu ,aku malu kak ,aku nggak tahan kalau nanti teman –temanku mengejeknya .”teriakku bergetar
“Mengapa kamu musti malu?apapun yang terjadi pada mama ia tetap mama kita mama yang telah melahirkan kita.”respon Kak Velis
“Seandainya ,aku bisa memutar waktu ,aku akan meminta pada Allah agar aku dilahirkan dariii mama yang bisa berbicara bukan bisu kak.”teriakku menjadi-jadi
“Mama juga sepertimu Dik. Seandainya mama belum terlahir di dunia ini,mama pasti akan meminta dilahirkan dalam keadaan sempurna dan nggak cacat . Apa kamu pikir mama bisu karena keingginannya? Justru aku malu memiliki adik yang rapuh sepertimu.”tegas kak Velis
Melihatku yang keras kepala ,kakakku meninggalkanku yang masih duduk terdiam namun saat kak Velis berdiri ambang pintu kamarku ,mama sudah berada di depan pintu kamarku tanpa kita ketahui
“Ma..ma..mama tunggu.”Pangil kak Velis
“Andra ,sekarang kamu puas menyakiti hati mama.”pinta kak Velis menggelegar
Secepat kilat rasa bersalah menjalar dalam hatiku, entah bayangan raut wajah kesedihan mama masih membekas kuat dalam memori otakku. Segera aku bangkit dari ketermangguanku,kulangkahkan kakiku yang terasa berat ke arah kamar mama. Kuketuk pintu kamar mama perlahan.
“Masuk Nak.”pinta mamaku memberi isyarat
Wajah mama yang melamun menyambut kedatanganku. Perlahan aku masuk dan duduk di dekat sofs panjang tempat mama duduk. Pikiranku terus berputar tuk merangkai kata sambil menelan ludahku yang terasa p[ahit di lidahku.
“Ma,maafin Andra ,Andra tidak bermaksud menyakiti hati mama . Mama mau maafin Andrakan?”pintaku seraya menggengam lembut tangan mama . Tak lama kemudian tepat di depan mataku seulas senyum ketulusan terukir indah di raut wajah mama. Kini aku tersadar senyuman mama laksana senyuman Monalisa mungkin senyuman inilah yang membuat papa jatuh cinta pada mama.
“Mama sudah memaafkan Andra tanpa Andra meminta maaf ke mama ,mama tetap sayang mama.”tutur lembut mama
“Makasih ya Ma,Andra juga sayang mama.”manjaku, Kupeluk tubuh mama ,parfum melati dari tubuh mama merasuk ke dalam hidungku ,membuat jiwaku terasa hangat.
“Tapi mama tetap ingin mengambil raportmu minggu depan.”pinta mama mengagetkanku
“Ma,mama belum mengerti perasaan Andra ?”ucapku bergetar
“Mama mengerti Andra,mama mohon ijinkan mama mengambil raportmu kali ini saja. Mama ingin menjadi orang pertama yang menyentuh raportmu dan mendengar pujian dari wali kelasmu.”pinta mama memohon
“Ma,kenapa mama nggak pernah mengerti perasaaku.”bentakku keras
Aku bangkit meninggalkan mama yang masih menatapku memohon,setelah aku sampai di depan pintu,kubalikkan badanku,kulihat raut terkejut masih menjalari wajah mama. Nafasku kian beradu menahan emosi yang bersemayam di dadaku,gerakan isyarat mama kian cepat ,mencoba memohon kepadaku. Aku keluar kamar seraya membanting pintu kamar dengan kuat. Tanpa kusadari kak Velis sudah mengawasiku sedari tadi dan kini berada di depanku dengan tatapan tajam elangnya menatapku. Tanpa rasa berdosa ,kuacuhkan kak Velis ,segera kuhentakkan kakiku ke kamarku . Kuhempaskan tubuhku yang limbung di atas spring bed”nova” di kamarku. Pikiranku melayang tak terarah . Kepalaku terus berdenyut-denyut,lambungku terasa mual-mual saat bayanganku mengembara menyajikan raut wajah mama yang memelas padaku . Kucoba menenangkan pikiranku . Akupun tertidur gelisah di malam yang sunyi ini. Kulewati malam yang begitu berat ini dengan luka yang menganga. Senin pagi,sayup-sayup kudengar deru langkah kaki yang beradu dengan lantai kamarku yang licin. Tak lama kemudian kurasakan seseorang mengecup lembut keningku seraya berbisik di dekat telingaku namun aku tak dapat menerjemahkan untaian katanya. Mataku terasa berat tuk kubuka ,perlahan kelopak mataku terbuka,cahaya mentari menerebos dari jendela kamarku,secercah cahayanya menerangi meja belajarku. Mataku tertumbuk pada sebuah buku yang tergeletak di atas meja belajarku.
“Seingatku kemarin aku sama sekali tidak belajar,tapi kenapa ada buku di meja belajarku ?”tanya hatiku
Kusambar buku itu tuk obati rasa penasaranku,kubuka sepucuk amplop yang melekat di cover buku. Oh...ternyata hadiah dari papa. Mataku sibuk membaca buku yang berjudul”Biografi Sang Proklamator:Ir Soekarno”,aku terhanyut dalam balutan kisah legendaris Bung Karno yang memikat,hingga aku tersentuh dengan sosok romantisnya terhadap wanita di balik kewibawaannya . Beliau begitu menghargai sosok wanita dalam hidupnya ,betapapun wanita itu memiliki banyak kekurangan.
“Bung karno ,seorang proklamator dan cendekiawan hebat di masanya mampu menghargai dan memberikan kasih sayang pada wanita yang ada di sampingnya ,sedang aku berulang kali menyakiti hati mama hanya karena mama bisu. Aku tidak terkenal ,aku bukan siapa-siapa tanpa mama melahirkanku di dunia ini.Ya Allah ,aku telah durhaka kepada mama.”ucapku lirih
Tak terasa air mata menerobos deras di pelupuk mataku. Kini aku tersadar hari makin siang . Kuteringat hari ini pembagian raport.
“Bik Inah...bik Inah.’’teriakku menggema di kamar . Bik Inah tergopoh-gopoh menghampiriku.
“Ada apa ,nak Andra ?””tanya bik Inah
“Bik mama kemana? Di kamar kok nggak ada?”tanyaku
“Oh,ibu sudah pagi tadi ke sekolah mengambil raport nak Andra.”jawab bibik
“Ya sudah . Suruh kang Ujang menyiapkan mobil ,Andra mau menyusul ke sekolah.”perintahku
5 menit kemudian ,aku dan kang ujang meluncur ke sekolah . Sepanjang perjalanan aku resah memikirkan mama. Apa jadinya kalau Ibeng tahu kalau mamaku bisu? Ibeng pasti akan mengerahkan gengnya untuk mengejek mamaku. Hari ini pasti dijadikan jang balas dendam karena aku sering mendekati Shiren ,gadis gebetannya. Aku tak henti-hentinya mengebrak-gebrak laci mobil saat mobil yang kukendarai terjebak kemacetan. Huuuh.....sial ,percuma aku mengumpat menyalahkan keadaan,saat aku mulai putus asa. Kuedarkan mataku di sekitar jalan,tiba-tiba kulihat sepasang liontin mutiara berbentuk kupu-kupu terpasang anggun di sebuah etalase pertokoan di pinggir jalan. Terlintas ide cemerlang di otakku. Segera aku keluar dari mobil dan membelikannya untuk mama sebagai tanda permintaan maaf ku. Setelah mobilku memasuki pelataran parkiran sekolahku,aku langsung berlari ke arah aula ,sesampai di depan pintu aula. Bu Dantin memanggilku ,kuhampiri beliau ,tanpa kuduga Bu Dantin memelukku seraya sesenggukkan di pundakku.
“Bu,ada apa?”tanyaku tak mengerti
“Andra ,mamamu. Kamu beruntung memilki mama seperti dia.”ucap bu dantin menangis
Tanpa membuang waktu lagi,kubuka pintu aula ,suara komposisi piano yang dimainkan mama menyambutku . Kulihat mama memainkan piano klasik dengan indahnya di hadapan semua wali murid yang hadir. Aku terpesona dengan kepiawaian mama memainkan piano itu serasa setiap nadanya menyatu dalam hati. Bu Dantin benar,aku beruntung memilki mama sehebat ini.”batinku
Usai mama memainkan piano ,kuhampiri mama dan kupeluk erat tubuhnya . Ta ingin rasanya sedetik pun meninggalkan mama,air mataku terus terurai saat mama berucap
“Maafin mama Andra . Mama hanya ingin melihat sekolahmu.mama janji tidak akan muncul di sekolahmu lagi.”isyarat mama menyesal
“Andra yang seharusnya minta maaf ,selama ini Andra sering menyakiti hati mama. Andra sering malu memiliki mama.Tapi kini Andra sadar mama adalah wanita hebat,Andra bangga memiliki mama.”pintaku tulus
Aku dan mama hanyut dalam suasana haru yang menyelimuti hati kita berdua. Kuangkat tubuh mama dengan lembut.
“Andra ,kenapa kamu mengangkat tubuh mama?”isyarat mama terkejut
“aku ingin menunjukkan rasa sayangku dengan mengangkat mama sampai ke mobil ,mama sekarang pasti lelah ,setelah memainkan piano tadi . Makanya sekarang biar andra yang mengangkat mama.”jelasku ceria
Setelah melewati beberapa koridor kelas ,langkahku terhenti saat Shiren dan Ibeng menghampiriku . Segera kuturunkan mama di sampingku.
“Selamat ya Andra atas prestasimu.Kau beruntung memiliki mama sehebat ini.”uacap Ibeng ,setelah bersalaman denganku dan mama,Ibeng pergi meninggalkan kita bertiga dan melangkah pulang. Kini tinggal Shiren berada di depanku ,dadaku bergemuruh,aliran darahku terasa bergejolak.
“Andra ,aku terharu sekali saat mamamu memainkan piano tadi,aku ingin memiliki mama seperti mamamu .Sosok mama yang tegar.”puji Shiren
Aku tersipu mendengarnya
“Oh ya, ma kenalin temanku namanya Shiren.’’pintaku memperkenalkan Shiren
“Shiren ,tante.”sapa Shiren seraya bersalaman dengan mama
“oh jadi ini cewek yang sering kamu ceritakan ke mama dulu. Andra bilang kalau Andra sangat suka sama Shiren.”isyarat mama
“Ah,mama jangan dibocorin rahasia Andra. Andra kan mali.”ucapku tersipu
“Oh ,seperti itu ya tante.Shiren juga suka sama anak tante.”ucap Shiren sambil tersenyum
Kita bertiga tertawa lepas bersama .Tangan mama membelai lembut rambut kita berdua.
“Ma,ini liontin kupu-kupu kesukaan mama.Kpersembahkan untuk mamaku yang memiliki hati seputih mutiara dan sekokoh intan.”pintaku
Aliran jarum bening mengalir lembut di pipi mama yang putih bersih
“Andra ,kamu memang mutiara mama yang paling indah.”ungkap mama
Kita bertiga saling berpelukkan,Ya Allah kan kujaga mutiara yang berharga dalam hidupku “MAMA”
0 komentar:
Posting Komentar