Kepakan Sayap Malaikatku
Kupandangi semburat wajah mentari yang mulai menghiasi langit pagi yang nampak cerah, kulihat keindahan warna mentari tak berarti membawa kebahagiaan kala di hari senin ini masih terulang memori kejadian yang selalu terjadi ,hingga akhirnya aku dan dia terjebak dalam peristiwa yang sama dan sebagai pelaku utama “Cepat...cepat bawa tandunya ada yang pingsan lagi.” komando pembina uks sekolahku
“Iya, aku sedang membongkar lemari.” balasku
Setelah kutemukan tandunya, aku melesat diantara barisan murid yang sedang mengikuti upacara bendera,
hingga langkahku terhenti. Saat kulihat tubuh seorang gadis yang berbaring tak berdaya di depanku. Gadis yang familiar di setiap senin pagiku. Segera kuangkat tubuh kurusnya yang lemas dan kubaringkan dia di dipan ruang UKS. Kubuka botol mini minyak kayu putih, lalu kuedarkan aroma minyak kayu putih di dekat hidungnya. Tak lama kemudian ,dia siuman , dia kebingungan melihat dirinya kini berada di sebuah ruangan.
“Dimana aku?apa yang terjadi padaku? kamu siapa?” tanyanya beruntun
“Sekarang kamu ada di uks, tadi kamu pingsan jadi aku bawa kamu kesini.oh,ya namaku Rendy.Kalo kamu?” jelasku mencoba menghilangkan kebingungan di hatinya
“Namaku Diela. Makasih ya sudah menolongku tadi.” pintanya sambil memandangiku. Dimatanya kulihat tersimpan pancaran sinar kesedihan menghiasinya
“Kamu pasti kelelahan,lebih baik kamu istirahat dan jangan memaksakan diri ikut upacara dulu.Ini cepat minum tehnya biar badanmu hangat.”kusodorkan segelas teh hangat ke arahnya,iapun meminumnya .Tanpa kita berdua sadari Bu Mery wali kelas Diela menghampiri kita.
“Silvi,bagaimana keadaanmu ?”tanya Bu Mery
“Alhamdulillah, lumayan baikkan Bu.”jawab diela
“Sekarang, ibu antarkan Diela pulang ya. Biar Diela istirahat di rumah dan Diela cepat sembuh ya, Nak.” ajak Bu mery
Dia mengganguk patuh saat Bu Mery mengajaknya pulang .Bu Mery dan aku memapah Diela hingga ke depan pintu uks. Kupandangi punggung Diela saat dia beranjak pergi bersama Bu Mery. Tak kusangka, dia berbalik dan melepaskan pelukan Bu Mery, dia berjalan lunglai menghampiriku
“Ini no hpku .Nanti kamu hubungi aku ya.Aku ingin orang tuaku tahu kalau kamu yang selama ini menolongku.”pintanya seraya memberikan secarik kertas itu ke tanganku .
Aku masih bengong tak percaya dengan apa yang terjadi barusan,hingga aku tersadar Diela dan Bu Mery menjauh dari tempatku berdiri ,kupandangi secarik kertas yang kugenggan erat .Malam harinya kurasakan gelisah menggelora di sanubariku ,rasa penasaran kian bergejolak dalam dadaku ,hingga kudengar suara lembut di seberang sana.
“Assalammualaikum.ini dielakan ? gimana keadaanmu sekarang?”tanyaku di vi telepon
“Kak Rendy,ini beneran Kak Rendykan? Aku baik-baik aja kak.”jawabnya
“Syukurlah ,kamu banyak istirahat dan jaga kesehatanmu ya Diela.”nasehatku
“Iya,oh ya.Kak Rendy besok malam kakak bisa makan malam di rumahku ya.Soalnya orang tuaku mau bertemu sama kakak.”ajak Diela
“Iya, Diela. kebetulan besok aku lagi nggak ada acara .Udah malam nih,kamu tidur saja ,sampai ketemu besok.”jawabku
“Ren.....Rendy,jangan dimatikan dulu hpnya.Aku mau bicara satu hal tentang perasaan .Sebenarnya ....sebenarnya...........sebenarnya......”pinta Diela menggantung
“Iya,Diela.Sebenarnya apa?”tanyaku tak mengerti
“Aku bingung Rendy mau mengutarakannya.”jawabnya agak berat
“Loh kenapa musti bingung ,kamu utarakan saja ,aku pasti mendengarkannya .”saranku
“Sebenarnya...........sebenarnya aku suka sama Kakak,sejak pertama Kakak menolongku pingsan di lapangan upacara.Kamu maukan menjadi pacarku?’’tanya Diela
Bagaikan mendengar ledakan nuklir di atas kepalaku ,saat kata cinta meluncur mulus dari bibirnya malam ini . Sebuah pernyataan yang tidak pernah terlintas di benakku. Sekian lama aku terpaku dan terdiam hingga panggilan Diela menyadarkan keterpakuanku. Aku mulai berpikir untuk mencari tahu tentang penyakit yang dideritanya agar dahaga penasaranku pada dia terpuaskan.
“Eh...eh....aku juga sama kamu Diela dan aku juga mau kamu menjadi pacarku.”jawabku
KLIK.....PETT.....
Kontak kita terputus ,kuhempaskan tubuhku yang masih terasa kosong di bed kamarku hingga kututup mataku perlahan-lahan. Keesokkan malamnya tepat sabtu malam aku datang ke rumah Diela yang terletak di kawasan perumahan elite Dieng . Sesampainya di rumah Diela,orang tua Diela menyambutku dengan hangat,kulihat Diela yang terlihat anggun dengan balutan gaun biru yang dihiasi untaian berlian. Tepat pukul 19.00 wib ,aku dan keluarga Diela menyatap makan malam,kamipun memulai percakapan ringan,saat kami asyik berbincang –bincang , kulihat darah segar mengalir deras di ujung hidung mancung Diela. Aku dan oarang tua sangat panik,reflek aku membawanya ke dalam kamarnya ,Diela hanya bisa berbaring lemah ,tanpa kusadari jarum bening runtuh menyeruak di pipiku.
“ya, seperti inilah keadaan Diela, nak Rendy. Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha mencari pengobatan Alternatif dan menemani sisa hidupnya.” Ucap ibunya Diela yang sangat sedih melihat permata hatinya hanya bisa terbaring lemah.
“ Maaf bu, sebenarnya Dielai sakit pa?” tsnya Rendy
Kulihat raut wajah yang tertekan tergambar jelas di wajah orang tua Diela, seolah ada kata yang mengganjal di tenggorokan mereka.
“ Sebenarnya Diela sakit kanker otak, dan Dokter telah memvonis hidup Diela hanya tinggal tiga bulan.” Terang orang tua Diela.
Bagaikan tersengat lebah binatang yang paling kubenci selama ini. Saat kudengar Diela mengidap penyakit yang sangat mematikan itu. Tubuhku bergetar ,dingin dan terasa kaku,saat rasa dahaga penasaranku tentang penyakit yang diderita Diela terpuaskan . Air mataku tak bisa kubendung,kugenggam tangan Diela tuk menguatkanya,binar matanya memberi isyarat kedamaian saat aku menatap matanya.
“Nak,Rendy kami berharap kamu bisa menjaga Diela di sisa hidupnya. Kami mohon bahagiakan dia. Hanya Nak Rendy yang bisa membuat hati Diela bahagia.”mohon ibu Diela
Aku bingung dengan semua keadaan ini. Di sisi lain hatiku ,aku tidak bisa membohongi kalau aku tidak mencintai Diela ,di sisi hatiku yang lain aku mau menjadi malaikat yang memberikan kedamaian dan kenangan yang terindah di sisa hidupnya . Kujalani hari-hariku bersama Diela ,setiap hari kuberusaha memberikan kenangan terindah di setiap detik waktunya,walaupun aku harus mengorbankan perasaanku dengan menjalani hubungan tanpa cinta. Seiringnya waktu ,seperti memahami kegalauan hatiku,Allah menghadirkan keajaiban cinta di hidupku,untuk pertama kalinya hatiku tersaput angin cinta dari senyuman Ririn murid pindahan dari Bandung. Aku dan Ririn sama-sama aktif di organisasi PMR dan OSIS. Kurasakan kesejukan menyatu dalam hatiku saat melihatnya dan ngobrol dengannya,sejenak rasa tertekanku tentang keadaan Diela dapat kulupakan. Ririn kujadikan teman curhatku ,tentang masalahku dan Diela yang membuatku berkorban untuk menjalani hubungan tanpa cinta .Yang bisa kulakukan kini hanya hanyalah memendam perasaan cintaku saat di dekat Ririn . Hari senin sore Diela datang bermain ke rumahku . Aku pun menyambutnya dengan ceria,saat aku sedang sibuk membuat minuman di dapur,Diela ingin meminjam charge hpku ,akupun mengantarnya ke kamarku agar ia mengambilnya sendiri di laci lemari ,tanpa sengaja Diela menemukan buku diaryku di laci ,seperti ada kekuatan yang memotivasinya ,Diela membaca buku diaryku.
DEAR DIARY
Akankah aku terus menjalani hubungan ini
Walau tanpa sebutir kasih di hatiku
Mungkinkah aku menjadi Hades
Dewa yang menjerumuskan Diela ke dalam lautan luka yang menganas
Sedang dia mengharapkan cintaku
Haruskah aku menjadi Zeus
Dewa yang selalu memberikan sejuta kedamaian
Dewa yang menjadi obat yang membalut lara di hatinya
Sedang aku tertekan dengan semua harapannya padaku
Lumajang ,15 juli 2010
Dear Diary
Hari ini aku merasakan kesejukan tersaput cinta
Saat mentari pagi menyinari hariku
Senyumnya memberiku tetes embun yng menyegarkan
Cintaku Ririn
Snack dan jus apel bertengger apik di meja tamu ,kususul Diela yang masih ngecharge hpnya di kamarku,saat aku di depan pintu kamarku,Diela keluar dari kamarku ,berlari hingga menabrakku ,kulihat setetes air mata menghiasi wajahnya. Berulang kali aku memanggilnya ,namun Diela tak menghiraukanku,kucoba mengejarnya namun kini Diela menjauh dan pergi setelah naik taksi . Aku kembali ke kamarku ,kudapati diaryku terbuka dan tergeletak di ranjangku,tanganku bergertar,keringat dinginku terus mengalir,sekian lama aku terpaku,bunyi ponselku mampu menyadarkan keterpakuanku , tubuhku bagaikan tersengat aliran listrik 20 volt saat kudengar Diela dirawat di rumah sakit . Rasa janggal mendera hatiku saat Diela menyuruhku datang ke rumah sakit bersama Ririn,tanpa membuang waktu lagi aku dan Ririn melaju ke rumah sakit Medica,dalam perjalanan aku tak henti-hentinya bertasbih
“Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang hamba mohon sembuhkanlah penyakit Diela. Berikan kekuatan pada Diela untuk menghadapi penyakitnya.”doaku lirih
Kubuka pintu kamar 05 dan kulihat tubuh Diela masih terbaring ,terdiam dan tak berdaya ,Tanpa kuduga Diela siuman.
“Selama ini aku menjadi penghalang cinta kalian berdua aku ingin kalian menjadi sepasang kekasih sebelum aku pergi,aku ingin kalian melihatku diantara beribu pendar bintang yang menemani kalian di malam hari.”pintanya lemah
Tiba-tiba Diela memenjamkan matanya . Kulihat penunjuk detak jantungnya berhenti. Kupeluk erat tubuhnya,jarum bening runtuh tak tertahan. Aku menyesal selama ini belum bisa mencintainya sepenuh hati . Aku berharap Allah mencintainya di surga .
Sementara itu Diela merasakan jiwanya terlepas membumbung tinggi di cakrawala dan kulihat Rendy dan Ririn tersenyum bahagia saat melihat pendaran bintang dengan teropong kesayanganku ,akupun menghampiri mereka ,kucoba memeluk mereka ingin kurasakan hangat kebahagiaan mereka ,namun kucaba memeluknya berulang kali ,aku tak bisa. Kini aku hanya bisa melihatnya disini diantara ribuan pendar bintang yang menghiasi malam.Disini di surga,kutersenyum melihat Rendy.
0 komentar:
Posting Komentar